Kapok Bangkrut? Rencanakan Kembali Keuanganmu

647f7e76-339e-4a7d-9227-cf7fc5895149

Bangkrut!

Satu kata yang menakutkan bagi semua orang. Amit-amit semoga tidak ada orang yang mengalaminya selain saya. Loh, saya? Iya, saya mengalaminya dulu beberapa tahun lalu.

Ajakan menabung sedari kecil memang bukan hanya sekadar ajakan sambil lalu dan becandaan. Begitu juga dengan nasehat orangtua agar tidak boros dengan uang. Pasca ‘bangkrut’ dalam finansial pribadi beberapa tahun yang lalu, saya baru menyadari betapa borosnya saya dengan uang dan betapa pentingnya harus menyimpan uang.

Mengingat pengalaman diri sendiri beberapa tahun lalu kadang terbersit penyesalan yang mendalam. Di usia yang sudah tidak muda lagi ini saya masih kesulitan finansial. Belum merdeka dari urusan finansial yang seharusnya sudah bisa dilakukan sejak bertahun lalu.

Di tahun-tahun pertama bekerja adalah tahun di mana saya menjadi manusia paling konsumtif di sepanjang usia saya. Lulus kuliah langsung bekerja, pekerjaan pun langsung tetap tanpa adanya kontrak-kontrak seperti yang sekarang banyak diterapkan perusahaan, gaji bulanan yang lumayan besar untuk pemula, keperluan dan tempat tinggal yang masih menumpang di rumah orangtua. Semua kenyamanan itu membuat saya terlena dan mabuk dalam rasa percaya diri yang tinggi. Apalagi pada saat itu saya pun memiliki beberapa kartu kredit dari berbagai macam bank dengan limit mulai dari 5juta. Jika saya punya 5 kartu kredit, maka saya punya uang 25 juta yang bisa saya pakai kapan saja.

Saya makhluk paling hedonis pada saat itu. Saya habiskan uang gaji saya untuk memuaskan nafsu ingin ini ingin itu yang tak terkendali. Dari mulai urusan makan di resto A, resto B, beli baju yang kadang tidak perlu, memborong buku yang bahkan sampai saat ini belum pernah saya baca, nonton, jalan-jalan. Traktir teman-teman, gesek sana gesek sini. Begitu terus siklus tiap bulannya.

Titik balik yang menyadarkan saya bahwa saya bangkrut adalah ketika hutang-hutang kartu kredit itu mulai menggunung sedangkan saya bahkan tidak punya simpanan sedikit pun. Jangankan simpanan, uang tunai pun tidak banyak yang saya pegang. Hampir dua tahun saya menyelesaikan pelunasan hutang-hutang tersebut dan memutuskan untuk tidak lagi memiliki kartu kredit. Untung saja orangtua saya selalu mendukung dan membantu saat saya kesulitan.

Dikejar-kejar Debt Collector itu Nightmare…

Apakah saya sekarang sudah merdeka secara finansial?

Apakah saya sekarang sudah bisa hura-hura?

Jawabnya belum.

Saya merasakan lega luar biasa dan hilang semua beban hanya dalam waktu satu tahun, lalu cobaan datang kembali. Perusahaan tempat saya bekerja goyang, gajian mulai tidak tepat waktu hingga kemudian ada desas desus semua karyawan akan dirumahkan. Empat bulan sebelum akhirnya perusahaan ditutup, saya resign dan mendapatkan pekerjaan baru. Meski dengan gaji jauh di bawah tempat yang lama, tapi saya survive. Meski tanpa fasilitas dan tunjangan-tunjangan yang diberikan tapi saya tetap semangat. Niat saya cuma satu ; saya mau merdeka!

Kejadian kedua kali ini membuat saya kembali berpikir pentingnya merencanakan keuangan sejak dini, selagi muda. Bagi diri saya sendiri tidak ada kata terlambat untuk merencanakan keuangan saat ini, karena nantinya bukan hanya untuk saya tetapi untuk keluarga kecil saya kelak. Saya harus memikirkan apa yang bisa saya lakukan untuk masa depan anak saya nanti. Merencanakan semuanya mulai dari kehamilan, kelahiran, kebutuhan sekolahnya, kesehatannya, kebutuhan kuliahnya hingga seterusnya.

Alhamdulillah sebulan yang lalu seorang teman mengajak saya mengikuti workshop tentang bagaimana merencanakan keuangan bersama Sinarmas MSIG Life dengan tajuk “Yuk, Atur Uangmu” di Menara Multimedia Jakarta.

20161015_093059-01-1

Di acara itu banyak hal yang membuka mata dan pikiran saya tentang bagaimana mengatur dan merencanakan uang yang saya miliki. Ternyata ya saya itu enggak melek dunia keuangan padahal dulu saya kuliah di bidang akuntansi. Ya, saya gagap keuangan.

Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang

Pepatah mengatakan seperti di atas, maksudnya jangan menyimpan seluruh uang kita dalam satu tempat. Kalau ada emergency, bisa-bisa semua uang kita habis dalam satu waktu.

Ada 3 Hal yang harus kamu dan saya lakukan sebagai bagian dalam perencanaan keuangan sebelum benar-benar terlambat. Apa itu? Ini saya buatkan skemanya :

  1. Tabungan

Seperti di awal saya ceritakan bahwa seharusnya kita semua mampu alih-alih wajib menyimpan uang dalam bentuk tabungan sejak usia dini.

Tabungan seperti apa? Tabungan seperti apa saja. Bisa tabungan di bank dengan berbagai produknya. Bisa tabungan di sekolah. Bisa juga disimpan rumah dalam celengan. Intinya sama saja, kita memisahkan uang untuk disimpan. Tidak harus dalam jumlah banyak, mulai dalam nominal kecil pun boleh.

Dan satu hal yang harus diingat sebelum menabung adalah TUJUAN. Iya, apa tujuan kita saat menabung? Ada 3 tujuan utama dalam menabung ; Transaksional, Emergency, atau Kebutuhan Jangka Pendek. Karena banyaknya produk tabungan dari berbagai bank, maka sesuaikanlah dengan tujuan tadi.

  1. Investasi

Apa maksudnya investasi? Investasi adalah menyimpan sebagian uang yang kita miliki ke dalam bentuk barang. Untuk perempuan biasanya berinvestasi dalam bentuk perhiasan. Jangan dulu menilai seorang perempuan yang menggunakan banyak perhiasan dengan kata ‘pamer’. Hal positif dan bisa kita tiru adalah ia sedang mengajarkan kita untuk memiliki investasi dalam bentuk perhiasan meski terlihat berlebihan.

Investasi juga bisa dalam bentuk yang tidak bergerak seperti rumah, ruko, apartemen atau tanah. Adalagi investasi dalam bentuk lain yang tidak terlihat seperti saham.

  1. Asuransi

Yang terakhir asuransi. Banyak produk asuransi yang ditawarkan dengan embel-embel keuntungan yang menggiurkan. Sah saja jika kita akhirnya memilih yang memiliki banyak keuntungan, yang terpenting adalah bagaimana kita cermat dan pintar dalam memilih asuransi apa yang tepat untuk masa depan diri sendiri. Tetapi sebaiknya kita bisa memilih perusahaan asuransi yang terpercaya dan sudah memiliki kredibilitas yang tinggi.

Malam setelah ikut workshop itu, saya sengaja membuka web www.sinarmasmsiglife.co.id untuk mencari tahu informasi tentang asuransi. Dan tahu enggak sih, setelah blusukan di webnya saya excited banget dengan produk asuransi yang super lengkap yang ada di sini.

Salah satunya adalah di bagian SOLUSI PRODUK TAHAPAN KEHIDUPAN. Kita bisa dilihat asuransinya benar-benar terencana, mulai dari lajang sampai pensiun.

solusi
Source : Web Sinarmas MSIG Life

Nah, karena awal tahun ini saya akan menikah sepertinya boleh juga lirik-lirik asuransi Sinar Mas di tahap BARU MENIKAH deh. Buat kamu yang masih muda belia pleaseeee… pikirkan sejak dini bagaimana mengatur uang agar tidak habis sia-sia. Kamu bisa tabung di bank atau celengan. Kamu bisa investasikan ke perhiasan, tanah, kendaraan atau rumah. Atau kamu bisa beli produk asuransi sesuai yang kamu butuhkan untuk masa depanmu nanti.

untitled
Pengin bahagia kaya gini 🙂

Memang tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu tetapi alangkah baiknya jika semua dilakukan sejak dini.

Nggak mau bangkrut (lagi)? Yuk, Atur Uangmu!

webanner-blogger-new-corp-web

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba
Blog Writing Competition Sinarmas MSIG Life : “Yuk, Atur Uangmu!

Panti Asuhan

child-817368
Sumber foto

Ini adalah kali kedua aku mengajak Sarah untuk mengenalkannya pada Bu Aisyah pemilik Panti Asuhan sebelum pernikahan kami.

Kami menunggu di ruangan kerjanya setelah sempat berkeliling melihat anak asuhan di sana.

“Aku tidak sabar bertemu orang yang selalu kamu puji di setiap ceritamu.”
Sarah menggenggam jemariku, aku menoleh dan tersenyum padanya.

“Kamu akan melihat seperti apa baiknya beliau, Sayang.”

Pintu terbuka disusul masuk wanita berparas ayu yang kupanggil Bu Aisyah. Senyum menghias wajahnya saat melihat kami berdua.

“Ini pasti Sarah.” Ia memeluk erat Sarah.

“Tito, Ibu ada hadiah kecil untukmu. Ibu menemukannya kemarin ketika sedang membersihkan gudang.”

Bu Aisyah menyodorkan sebuah foto anak lelaki dan perempuan berusia 8 dan 5 tahun. Aku mengingatnya sebagai aku dan adikku. Satu-satu kenangan berkelebat di kepala teringat kenangan masa kecilku.

“Ini foto milik siapa, Bu? Mengapa ada saya di dalam foto itu?” Tanya Sarah memecah ingatan dan keheningan.

========

#EstafetFF

Topik : PANTI ASUHAN

Di Gazebo, Pada Suatu Malam

“Aku tak mengira hal mengerikan itu terjadi padaku.” Laras berbisik pelan. Karena begitu pelannya aku hampir tak menangkap apa dikatakannya.

“Kenapa?”
Aku menoleh padanya. Mencoba memastikan apa yang Laras ucapkan. Mimik wajahnya sangat lucu.

“Aku baru saja mengalami hal yang mengerikan, Anna. Super mengerikan.” jelas Laras.
Setelah tadi ia menunjukkan wajah yang lucu, kini ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menggoyangkan kepalanya. Rambut kuncir kudanya ikut bergoyang-goyang.

“Ya, kenapa? Kamu mengalami apa, Ras?”

“Anna, tolong berjanji padaku. Rahasiakan hal ini dari Ibu setelah aku bercerita.”

Aku mengangguk.

Rahasiakan hal ini dari Ibu. Ibu yang dia maksud pastilah Ibuku. Istri Ayahnya. Ibu tirinya. Entah apa yang terjadi padanya atau apa yang dilihatnya, tetapi hal itu pasti berhubungan dengan Ayah atau Ibu.

“Ceritakan saja padaku apa yang terjadi padamu.”

Mata bulat Laras mengerjap. Ia kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mencondongkan tubuhnya ke arahku. Setengah berbisik ia mengucapkan kata-kata yang membuatku seperti tersambar petir.

“Anna, maafkan Ayahku. Kemarin malam aku melihat Ayahku bersama perempuan lain,” Laras memelas, “Maaf kalau ia mungkin saja menyakiti hati Ibumu.”

“Kau melihat jelas mereka? Mungkin saja itu bukan Ayahmu.”

“Tidak, Anna. Itu memang Ayah. Aku tahu seperti apa Ayahku.”

Wajahku mendadak kaku. Antara rasa tidak percaya dan takut luar biasa. Laras memergoki Ayahnya dengan perempuan lain.
Aku penasaran apakah dia melihat siapa perempuan itu.

“Apakah kau melihat wajah perempuan yang bersama Ayah?” tanyaku hati-hati khawatir pertanyaanku akan memancing emosinya.

“Sayangnya tidak, Ann. Perempuan itu membelakangiku ketika ia bercumbu dengan Ayah di gazebo belakang.”

Laras menghentakan kakinya kesal setelah bercerita. Dan aku bernapas lega karena Laras tak mengenali siapa perempuan yang bercumbu dengan Ayahnya itu. Ya, untung saja ia tak mengenaliku.

________________

1. Prompt #66
2. 277 kata tidak termasuk judul dan keterangan

Foto Perjalanan

image

Aku selalu menyukai traveling, terutama dengannya. Waktu bisa berjalan begitu cepat dan tiba-tiba saja kau lupa segalanya. Ya, seperti perjalanan kali ini; sebuah desa kecil jauh dari Ibukota, berdua saja. Yang membuatku tak habis pikir mengapa dia memilih tempat ini, padahal sudah jelas ada larangan keras untuk tidak melakukan perjalanan tanpa guide.

“Sayang, kamera yang tadi kita pakai mana?”
Suara Attar membuyarkan lamunanku. Hanya dengan berbalut handuk aku segera menghampiri dirinya yang sedang memeriksa tas hitam yang kami gunakan untuk traveling.

“Yang itu, bukan yang hitam.”
Aku menunjuk tas berwarna merah satu-satunya yang berada di pojok kamar. Attar menoleh ke arah yang aku tunjuk dan beranjak ke sana. Tanpa bertanya lagi ia kemudian mencari kamera itu.

“Got it! Thanks, honey.”

“Ada lagi yang kamu perlukan?”

Ia tersenyum dan menggelengkan kepala.

“Kinan…”
Belum juga aku meninggalkan kamar, Attar sudah memanggilku kembali.

“Ada apa?”

“Aku suka foto ini, tapi ada yang aneh.”

Attar menyodorkan kamera yang dipegangnya ke depanku. Kulirik sekilas foto itu. Tak ada yang aneh bahkan hasil fotonya cenderung lebih bagus dari yang pernah kami ambil.

“Apa yang aneh?”

“Ini!” Attar menunjuk-nunjuk foto itu. “Lihat, perhatikan. Siapa yang memotret kita, kita kan cuma berdua?”

Kuraih kamera yang ada di tangan Attar dan melihatnya baik-baik. Di dalam foto itu tampak kami duduk di dalam mobil yang atapnya terbuka membelakangi kamera. Sebentar, membelakangi kamera? Bagaimana bisa kami membelakangi kamera jika pada foto itu kamera yang kami miliki ada di pangkuanku.

Aku memandang Attar dengan bingung. Attar pun tak kalah bingung. Ia mengernyit, kulit di antara dua alisnya mengerut.

“Lalu siapa yang memotret kita di foto ini?”

___________________

1. Prompt #71
2. 263 kata tidak termasuk judul dan keterangan

Sundae Morning

image

“Sepagi ini?”

“Enak?”
Retha mengerjapkan matanya menunggu jawaban. Chocolate Sundae tersaji di atas meja pantry.

“Enak.”

Senyum Retha mengembang ketika es krim itu disendok berulang kali oleh Danu dan kian berkurang isinya.

“Aku menggunakan cokelat eropa oleh-oleh dari istrimu,” ucap Retha.

“Kapan kamu bertemu Atisha?” tanya Danu.

Retha tersenyum lebar. Meneguk minuman dari gelasnya. “Dua hari yang lalu.”

Mereka bertukar pandang. Wajah Danu berubah pias. Selama beberapa detik suasana menjadi senyap walau suara musik mengalun lembut dalam apartemen Retha.

“Kalian membicarakan aku?”

Retha bangkit dari duduknya dan berjalan ke sofa warna abu. “Pasti.” jawab Retha.

“Atisha tak perlu tahu tentang kita.”

Danu menuangkan teh ke dalam cangkir dan menyesapnya perlahan. Ia menyusul Retha duduk di sofa warna abu itu. Memeluknya dari belakang dan menyandarkan wajahnya di samping wajah Retha.

Retha beringsut keluar dari pelukan Danu dengan mudah dan berdiri di depan Danu yang jatuh tertidur di atas sofa. Wajah Danu kini benar-benar pucat. “Apa yang kau lakukan, Retha?” tanyanya terbata.

“Aku hanya mencampur bubuk yang diberikan Atisha.” jelas Retha.

“Ambilkan aku minum… ” Danu memelas.

“Biarkan saja, Sayang.”
Suara itu setajam dan sedingin es. Danu masih bisa melihat Atisha dari sudut matanya, si pemilik suara yang sedang mencium mesra Retha.

_______________________

1. Prompt #59
2. ±200 kata tidak termasuk judul dan keterangan

Rumah Impian

image

“Aku sudah bilang, kalau mau ke sini kabari dulu.”
Sarti terus saja mengomel semenjak bertemuku tadi. Aku diam tak menjawabnya sedikit pun.

Bajaj yang kami tumpangi berhenti di depan gerbang perumahan mewah. Aku menatap takjub berbagai rumah yang indah. Mereka tampak sangat gagah.

“Ayo, sini. Jangan bengong di pinggir jalan begitu!”
Mungkin Sarti sudah lupa kalau aku adalah Ibunya hingga ia menghardikku dengan kasar.

“Rumahmu mana, Nduk?”
Ia diam dan berjalan cepat di depanku. Melewati dan menjauhi gerbang perumahan hingga sampai di sebuah gang kecil. Rumah-rumah triplek berdempetan, memanjang di bantaran sungai yang airnya sangat keruh. Sarti memasuki salah satunya.

—————————
1. Prompt #67
2. 100 kata, tidak termasuk judul dan keterangan.
3. Gambar di ambil dari sini